Jakarta, 27 November 2025 - Universitas Pertahanan Republik Indonesia (Unhan RI) bersama Indo-Pacific Strategic Intelligence (ISI) menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Babak Baru Kekuatan Maritim Indonesia: Proyeksi Kedaulatan di Panggung Global.” Agenda ini merupakan implementasi komitmen berkelanjutan Universitas Pertahanan Republik Indonesia (Unhan RI) dengan ISI untuk memperkuat pemikiran strategis dan mendukung formulasi kebijakan pertahanan nasional.
Hadir dan membuka kegiatan ini yakni Mayjen TNI Dr. Totok Imam S, S.I.P.,
S.Sos., M.Tr.(Han). Selaku Warek III Unhan RI. Selanjutnya Mayjen TNI Dr. Priyanto, S.I.P., M.Si(Han)
sebagai Keynote Speak , kemudian Narasumber FGD Mayjen TNI Dr. Oktaheroe
Ramsi, S.I.P., M.Sc., Laksda TNI (Purn.) Dr. Surya Wiranto, S.H.,M.H., dan Dr.
Ian Montratama, S.E., M.E.B., M.Si.(Han). Diskusi ini menekankan pentingnya
membangun kemampuan maritim yang tidak hanya berfokus pada kepemilikan
alutsista, tetapi juga menyentuh aspek grand strategy, integrasi
teknologi, modernisasi doktrin, pembangunan SDM, interoperabilitas antar matra,
dan kesiapan logistik jarak jauh. Pendekatan pertahanan berlapis, mulai dari
deteksi jauh hingga respons cepat dan pengamanan inti, muncul sebagai fondasi
penting dalam memperkuat postur pertahanan maritim.
Para peserta forum menggarisbawahi bahwa Indonesia
harus bergerak secara realistis menuju blue-water capability dengan
memastikan kesiapan operasional, stabilitas model pembiayaan pertahanan jangka
panjang, serta penguatan industri pertahanan dalam negeri. Hal ini termasuk integrasi
teknologi, deteksi jauh, dan postur pertahanan berlapis yang bekerja sebagai
satu sistem (Outer Defense Layer (deteksi jarak jauh), Middle Defense Layer (tindakan cepat/patroli), dan
Inner Core Layer (stabilitas dan kedaulatan).
Dengan perkembangan situasi geopolitik di wilayah Indo-Pasifik yang semakin rentan dewasa ini, postur pertahanan berlapis serta kesiapan operasional alutsista Indonesia menjadi kunci untuk strategi survival bangsa. Ini menjadi langkah penting karena doktrin politik luar negeri dan pertahanan Indonesia mendorong pemerintah untuk menciptakan keseimbangan dengan seluruh kekuatan global
Dalam menyikapi dinamika di Asia Timur, diskusi ini mengangkat pertimbangan TNI-AL untuk mengoptimalkan kapal perang skala sedang dan kecil serta kapal induk ringan yang akan memperkuat armada maritim nasional, khususnya sebagai mobile defense system yang bisa digunakan juga untuk proses Non-combatant Evacuation Operation (NEO)
Untuk mencapai minimum deterrence deployment
posture (MDDP), para peserta diskusi memandang bahwa Pemri perlu menyiapkan
anggaran sekurang-kurangnya Rp 500 Triliun untuk 5-10 tahun kedepan secara
kumulatif. Penyiapan ini tidak hanya untuk mendukung good neighborhood
policy yang dianut oleh Pemri saat ini, tapi juga untuk memastikan bahwa
komponen pertahanan berlapis dan strategi Perisai Trisula nusantara (PTN)
terlaksana secara optimal untuk menjadikan Indonesia sebagai key-player
di kawasan Indo-Pasifik.
Selain
dinamika di tingkat kawasan, FGD juga menyoroti tantangan pertahanan dan
keamanan nasional di dalam negeri, khususnya maraknya praktik penyelundupan.
Untuk komoditas tertentu saja, seperti benih lobster, potensi kerugian negara
diperkirakan mencapai sekitar Rp16 triliun. Sementara itu, masuknya tekstil
ilegal menggerus daya saing industri domestik dan menimbulkan kerugian hingga
Rp1 triliun per tahun. Bahkan, Menteri Pertahanan baru-baru ini menegaskan
bahwa penyelundupan timah telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan, dengan
nilai kerugian hingga 80 persen dari potensi pendapatan PT Timah.
Sebagai penutup, FGD merekomendasikan sejumlah
langkah strategis bagi para pemangku kepentingan. Di tengah meningkatnya tensi
dan rivalitas kekuatan besar di kawasan, Indonesia dinilai perlu memperkuat
pengelolaan domain maritimnya. Salah satu prioritas kunci adalah pembangunan blue
water capability yang mampu memproyeksikan kekuatan secara kredibel melalui
integrasi teknologi, kemampuan deteksi jarak jauh, serta postur pertahanan
berlapis dalam satu sistem terpadu. Upaya ini diharapkan dapat memperkokoh
posisi Indonesia sebagai negara maritim, sekaligus memastikan keamanan jalur
perdagangan, perlindungan diaspora, dan penjagaan kedaulatan wilayah laut
nasional.